 
							    Olimpiade Biologi Indonesia (OBI) 2025 menjadi ajang prestisius yang mempertemukan para pelajar terbaik dari seluruh Indonesia dalam bidang ilmu Biologi. Bagi para peserta, kegiatan ini bukan sekadar kompetisi, melainkan sarana untuk mengasah potensi ilmiah dan kemampuan berpikir kritis, sekaligus menanamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan spiritualitas.
Ajang ini diselenggarakan oleh Indonesia Scientific Society (ISS), lembaga yang memiliki visi untuk memajukan dunia sains dan pendidikan di Indonesia melalui tiga pilar utama: Kolaborasi, Kompetisi, dan Pengembangan.
ISS berperan aktif dalam mempromosikan keunggulan ilmiah, memberikan rekomendasi kebijakan berbasis sains, serta membangun kerja sama nasional dan internasional dalam bidang pendidikan dan riset.
OBI diselenggarakan setiap tahun dalam skala nasional dan diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai provinsi. Tahun 2025 menjadi ajang seleksi yang kompetitif, terdiri dari tiga tahapan utama:
Babak Penyisihan โ 23 September 2025
Babak Semifinal โ 24 September 2025
Babak Final (Offline) โ 24โ26 Oktober 2025 di Hotel De Java, Bandung, Jawa Barat
Dari ratusan peserta, hanya 150 finalis terbaik yang berhasil melangkah ke tahap terakhir untuk memperebutkan posisi juara nasional.
Babak final diawali pada 24 Oktober 2025 dengan agenda registrasi peserta dan pembagian kamar. Malam harinya, pukul 19.30โ21.00, dilaksanakan Opening Ceremony yang diisi sambutan dari Kepala ISS dan dewan juri, dilanjutkan dengan technical meeting dan kegiatan kebersamaan.
Para peserta duduk berdasarkan provinsi masing-masing untuk mempererat interaksi dan persaudaraan antardaerah. Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti ballroom hotel sepanjang acara pembukaan.
Pada tahap Grand Final, para peserta diuji dalam tiga aspek utama: kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Dua bentuk ujian diberikan, yaitu:
Tes Kognitif โ 40 soal pilihan ganda dalam waktu 1 jam.
Tes Studi Kasus โ peserta menganalisis kasus biologi tertentu dan mempresentasikannya di depan dewan juri selama 10 menit (5 menit presentasi + 5 menit tanya jawab).
Setiap peserta mendapat studi kasus yang berbeda secara acak.
Dalam kesempatan ini, Ananda Shabrina Teresa Putri Nurjaman, santri dari Pondok Pesantren As-Syifa Sagalaherang, mendapat Studi Kasus E, yaitu penelitian dan penanganan kasus pasien kusta lepromatosa. Dengan analisis yang tajam dan penyampaian yang sistematis, Shabrina berhasil memukau dewan juri dengan presentasi ilmiahnya.
Acara puncak ditutup pada 26 Oktober 2025 dengan Closing Ceremony dan pengumuman pemenang.
Seluruh peserta berkumpul di ballroom utama dengan suasana penuh antusiasme. Setelah sambutan dari panitia dan juri, tibalah momen yang paling ditunggu: pengumuman hasil kompetisi.
Dengan rasa syukur dan bangga, diumumkan bahwa Pondok Pesantren As-Syifa Sagalaherang berhasil meraih Medali Perunggu melalui prestasi luar biasa yang diraih oleh Ananda Shabrina Teresa Putri Nurjaman.

Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa santri mampu berkarya dan berprestasi dalam bidang sains tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritualitas.
Pondok Pesantren As-Syifa Sagalaherang terus berkomitmen untuk melahirkan generasi yang unggul secara intelektual, kuat secara moral, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional.
Selamat kepada Ananda Shabrina Teresa atas prestasi yang membanggakan ini!
Semoga capaian ini menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus berjuang, belajar, dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa.